Profil 11 Panelis Debat Capres Pemilu 2024

Kemarin (10/12/2023), KPU telah menetapkan 11 orang pakar yang akan menjadi panelis debat capres & cawapres Pemilu 2024. Mereka diminta untuk merumuskan pertanyaan kepada peserta seputar materi pemerintahan, hukum, HAM, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga.

Sebelas nama ini datang dari berbagai kampus terbaik di Indonesia. Siapa saja? Simak profil lengkapnya di bawah ini!

Profil Panelis Debat Capres & Cawapres

Berikut ini akan dijelaskan profil 11 panelis debat capres & cawapres Pemilu 2024 secara lengkap.

Prof. Bayu Dwi Anggono

Sumber: law.unej.ac.id

Prof Bayu merupakan dekan Fakultas Hukum Universitas Jember (FH Unej) dan ahli di bidang Ilmu Perundang-undangan. Selain aktif sebagai civitas akademika, ia juga aktif menulis di media nasional, bahkan sempat meraih berbagai penghargaan, seperti WBK dari Kemenristek Dikti.

Agus Riewanto

Sumber: Tribunnews

Pakar hukum tata negara asal UNS Solo ini telah memiliki pengalaman di berbagai forum ilmiah dan dipercaya sebagai ahli di Mahkamah Konstitusi (MK) dan Mahkamah Agung (MA). Ia bahkan pernah terjun langsung di kepemiluan sebagai Ketua KPU Sragen pada tahun 2008 – 2013. Selain itu, Dr. Agus juga menjabat sebagai Direktur Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) sejak tahun 2018 hingga sekarang.

Prof. Susi Dwi Harijanti

Sumber: fh.unpad.ac.id

Selanjutnya datang dari Universitas Padjajaran (Unpad), yaitu Prof. Susi. Ia merupakan pakar hukum sekaligus Guru Besar di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Baru-baru ini, ia juga menjadi salah satu pelapor pelanggaran kode etik Ketua MK, Anwar Usman, akibat ikut mengadili putusan syarat capres-cawapres, sehingga memiliki kepentingan disebabkan keponakannya.

Baca Juga:

Prediksi Puncak Hoaks Pemilu 2024

Khairul Fahmi

Sumber: sumbar.antaranews

Khairul Fahmi merupakan pakar hukum dari Universitas Andalas, Sumatera Barat yang juga menjabat sebagai advokat dan pernah menjadi anggota KPU Agam pada tahun 2007 – 2008.

Prof. Lita Tyesa

Sumber: pdih.undip.ac.id

Selanjutnya ada pakar hukum tata negara dari Universitas Diponegoro (Undip), yaitu Prof. Lita Tyesta. Ia merupakan guru besar di bidang Ilmu Perundang-undangan.

Wawan Mas’udi

Sumber: dpp.fisipol.ugm.ac.id

Wawan Mas’udi merupakan Dekan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) yang ahli dalam hal kebijakan publik, welfarisme, serta sistem dan institusi-institusi pemerintahan.

Mada Sukmajati

Sumber: acadstaff.ugm.ac.id

Kembali dari Universitas Gadjah Mada (UGM), ada Mada Sukmajati, pengajar di Fisipol UGM. Selain menjadi civitas akademika, ia juga aktif menulis buku, salah satunya adalah Politik Uang di Indonesia: Pola Patronase dan Jaringan Klientelisme pada Pileg 2014.

Gun Gun Heryanto

Sumber: kompas.id

Gun Gun Heryanto merupakan dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah. Selain aktif menjadi civitas akademika, ia juga sempat ramai menghiasi media sebagai pengaman politik pada Pemilu 2014, Pilkada DKI 2017 dan Pemilu 2019.

Baca Juga:

11 Strategi Kampanye Politik

Rudi Rohi

Sumber: rri.co.id

Selanjutnya, ahli politik dari Universitas Cendana (Undana), Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu Rudi Rohi. Selama menjadi civitas akademika, ia telah mengajar berbagai mata kuliah politik, seperti Pemikiran Politik Kontemporer, Ekonomi Politik, hingga Gerakan Sosial dan Politik Identitas.

Ahmad Taufan Damanik

Sumber: Kompas.com

Ahmad Taufan Damanik merupakan dosen Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Sumatera Utara (USU). Sebelumnya, ia merupakan mantan Ketua Komnas HAM yang juga aktif sebagai konsultan penanganan anak korban konflik di Aceh, Kalimantan hingga Timor Leste. Selain itu, ia juga pernah menjadi komisioner untuk ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children.

Prof. Al Makin

Sumber: uin-malang.ac.id

Terakhir, Prof. Al Makin, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga sekaligus Rektor UIN Sunan Kalijaga di Malang periode 2020 – 2024. Prof. Al Makin mengusulkan pendidikan keragaman bagi warga Indonesia sejak dini tentang budaya, tradisi dan iman yang berbeda. Selama ini pendidikan di Indonesia, dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, hanya mengajarkan tradisi iman sendiri-sendiri, tanpa mengenal tradisi, adat, dan iman yang berbeda.

Leave A Comment