7 Bentuk Antisipasi Politik Identitas

Untuk meminimalisir konflik yang berpotensi terjadi pada Pemilu 2024, seluruh elemen baik masyarakat maupun pemangku pementingan perlu mengetahui berbagai bentuk antisipasi  politik identitas.

Apa dan bagaimana caranya? Simak penjelasannya pada artikel ini!

Apa itu Politik Identitas?
Politik identitas adalah suatu bentuk politik yang berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan identitas kelompok, seperti identitas etnis, agama, gender, orientasi seksual, atau atribut sosial lainnya.

Dalam politik identitas, individu atau kelompok berupaya untuk mempromosikan dan mempertahankan kepentingan dan hak-hak mereka sebagai bagian dari kelompok identitas tertentu. Hal kni dapat mencakup perjuangan untuk pengakuan, kesetaraan, atau perlindungan terhadap diskriminasi.

Politik identitas seringkali menimbulkan konflik atau persaingan antara berbagai kelompok identitas yang memiliki kepentingan berbeda. Hal ini dapat menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan politik dan sosial, serta dapat mempengaruhi pembentukan kebijakan.

Politik identitas sering menjadi topik kontroversial karena dapat memicu perpecahan atau konflik dalam masyarakat. Penting untuk diingat bahwa politik identitas adalah topik yang kompleks, dan pandangan tentangnya bervariasi.

Baca Juga:

Hoaks Pemilu 2024

Beberapa orang mendukung politik identitas sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak kelompok yang terpinggirkan, sementara yang lain mengkritiknya sebagai divisif atau mengabaikan isu-isu yang lebih luas.

Ada beberapa contoh kasus politik identitas di Indonesia:

1. Konflik di Papua

Papua adalah provinsi di Indonesia yang telah lama mengalami konflik politik dan sosial. Beberapa kelompok di Papua, seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM), telah memperjuangkan kemerdekaan Papua sebagai negara terpisah.

Hal ini adalah contoh konflik yang memiliki akar politik identitas, dengan beberapa pendukung kemerdekaan Papua yang merasa bahwa identitas etnis dan budaya mereka telah diabaikan atau direpresi oleh pemerintah Indonesia.

2. Kasus Ahok

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (lebih dikenal sebagai Ahok), merupakan seorang keturunan Tionghoa dan beragama Kristen. Selama kampanye pemilihan gubernur, terjadi kontroversi terkait pernyataannya tentang Alquran, yang membuatnya terlibat dalam kasus penistaan agama. 

Hal ini menjadi kontroversi politik identitas, di mana isu etnis dan agama memainkan peran penting dalam kampanye dan kontroversi seputar kasus ini.

3. Identitas etnis dan agama dalam pemilihan umum (pemilu)

Identitas etnis dan agama kerap memainkan peran dalam pemilihan umum di Indonesia, di mana calon politik menarik pemilih berdasarkan identitas etnis atau agama yang dapat menciptakan polarisasi dan persaingan antar kelompok identitas.

Semua contoh ini menunjukkan bagaimana politik identitas dapat memainkan peran penting dalam konteks politik dan sosial di Indonesia, sering kali dengan potensi untuk menciptakan ketegangan dan konflik.

Cara Mengantisipasi Politik Identitas dalam Pemilu 2024

Mengantisipasi politik identitas dalam pemilu merupakan langkah penting untuk memastikan proses pemilu yang adil, inklusif, dan damai. Berikut beberapa cara untuk mengantisipasi politik identitas dalam pemilu:

1. Kampanye berbasis isu: Ajak calon politik dan partai untuk lebih berfokus pada isu-isu kebijakan daripada identitas. Hal ini dapat menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang platform politik masing-masing calon dan partai.

2. Edukasi pemilih: Tingkatkan pemahaman pemilih tentang pentingnya memilih berdasarkan platform dan kebijakan daripada identitas. Kampanye edukasi pemilih dapat membantu memotivasi pemilih untuk membuat keputusan yang berdasarkan fakta dan program-program yang ditawarkan oleh calon.

3. Penegakan hukum yang adil: Pastikan penegakan hukum yang adil dan netral selama kampanye dan pemilihan. Hal ini termasuk memantau pelanggaran hukum, seperti kampanye berbasis politik identitas yang bersifat diskriminatif atau menghasut.

Baca Juga:

Politik Uang dalam Pemilu 2024

4. Kode etik kampanye: Mendorong calon dan partai politik untuk mengikuti kode etik kampanye yang melarang kampanye berbasis politik identitas yang bersifat memecah belah atau diskriminatif.

5. Media yang berimbang: Dukung media yang berimbang dan objektif dalam meliput pemilu. Hal ini dapat membantu menghindari promosi politik identitas yang merugikan kepentingan masyarakat.

6. Partisipasi masyarakat sipil: Masyarakat sipil, seperti LSM dan kelompok advokasi, dapat memainkan peran penting dalam memantau dan mempromosikan proses pemilu yang adil dan berbasis kebijakan daripada identitas. Mereka dapat melaporkan pelanggaran dan bekerja sama dengan otoritas pemilihan untuk menyelesaikan masalah.

7. Dialog dan rekonsiliasi: Setelah pemilu, penting untuk mempromosikan dialog dan rekonsiliasi antara berbagai kelompok identitas yang terlibat dalam politik. Hal ini dapat membantu mengurangi ketegangan dan memperkuat persatuan setelah pemilu.

Mengantisipasi politik identitas dalam pemilu memerlukan kerjasama semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga pemilihan, partai politik, media, dan masyarakat sipil. Upaya ini bertujuan untuk menjaga integritas pemilu dan memastikan bahwa pemilih membuat keputusan yang berdasarkan kebijakan dan program daripada faktor identitas.

Sumber: 

Ardianto, Robi. (2023). Langkah Bawaslu Antisipasi Politik Identitas dan Isu SARA. bawaslu.go.id

Leave A Comment